KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH DAN PERANAN GURU
DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER
SISWA
SEKOLAH DASAR
OLEH
MUJERIARUDIN
ABSTRAK
Indonesia saat
ini boleh disebut krisis multi dimensi. Setiap
hari berbagai peristiwa yang mencerminkan penurunan kualitas moral terjadi,
seperti korupsi, kolusi, nepotisme, kerusuhan, tawuran, perampokan,
pemerkosaan, sex bebas, aborsi, kebut-kebutan, judi, penyalahgunaan narkoba,
mencuri, menipu, bolos sekolah, berbohong, kasar, sombong, kurang sopan santun
dan lain-lain. Yang lebih menyedihkan, terkadang berbagai permasalahan
rendahnya kualitas moral tersebut justru
dilakukan oleh para pemimpin, guru dan
generasi penerus bangsa.
Dunia pendidikan
dihadapkan pada tuntutan besar untuk menumbuhkan, membentuk dan
mengembangkan kembali karakter positif anak bangsa dalam kehidupan sehari-hari, melalui perencanaan
yang matang dengan manajemen sekolah yang direalisasikan secara optimal
diharapkan cita-cita tersebut dapat terwujud.
Dengan demikian menjadi tugas pemimpin pendidikan dan para
guru dalam membentuk dan membina karakter siswa seperti yang diamanatkan
oleh pemerintah bahwa pengembangan karakter peserta didik melalui pendidikan di
sekolah.
Kepemimpinan pendidikan yang
bermutu dari segi sosok dan manajemen akan membawa perubahan secara bertahap
kepada pembentukan dan pembinaan pribadi yang berkarakter terpuji.Peran guru
dalam membentuk dan membina karakter siswa sangat penting, tetapi hasilnya
sangat tergantung pada profesionalitas dan kepribadian guru tersebut.
Kata Kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah, Peranan
Guru, Pendidikan Karakter
PENDAHULUAN
Indonesia
saat ini boleh disebut krisis multi
dimensi. Setiap hari berbagai peristiwa yang mencerminkan penurunan kualitas moral terjadi,
seperti korupsi, kolusi, nepotisme, kerusuhan, tawuran, perampokan,
pemerkosaan, sex bebas, aborsi, kebut-kebutan, judi, penyalahgunaan narkoba,
mencuri, menipu, bolos sekolah, berbohong, kasar, sombong, kurang sopan santun
dan lain-lain. Yang lebih menyedihkan, terkadang berbagai permasalahan
rendahnya kualitas moral tersebut justru
dilakukan oleh para pemimpin, guru dan
generasi penerus bangsa.
Banyak
faktor yang menjadi penyebab terjadinya berbagai peristiwa negatif di atas,
tetapi faktor pendidikan sering disalahkan,
karena belum berhasil dalam mendidik atau membina siswa di sekolah untuk
memiliki pribadi yang berbudi pekerti
terpuji. Hal ini juga berlawanan dengan tugas utama pendidikan yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dengan demikian perlu usaha bersama untuk mengatasi krisis
kebangsaan yang selalu menjadi berita hangat saat ini.
Dunia
pendidikan dihadapkan pada tuntutan besar untuk menumbuhkan, membentuk dan
mengembangkan kembali karakter positif anak bangsa dalam kehidupan sehari-hari, melalui perencanaan
yang matang dengan manajemen sekolah yang direalisasikan secara optimal
diharapkan cita-cita tersebut dapat terwujud.
Dengan demikian menjadi tugas pemimpin pendidikan dan para
guru dalam membentuk dan membina karakter siswa seperti yang diamanatkan
oleh pemerintah bahwa pengembangan karakter peserta didik melalui pendidikan di
sekolah.
Undang-Undang
Sisdiknas Nomor. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Dari tujuan tersebut dapat
diambil intisari bahwa hasil akhir yang seharusnya menjadi sasaran utama
pendidikan adalah membentuk dan membina siswa menjadi manusia yang cerdas dan
berkarakter sesuai dengan tuntunan agama dan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia.
Menurut
Hardaniwati, (2009:302) Karakter adalah sifat-sifat khas yang membedakan
seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Sedangkan menurut yang tercantum di
dalam Inpres Nomor 1 tahun 2010, karakter adalah perilaku yang dilandasi oleh
nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum, konstitusi, adat
istiadat dan estetika. Dari pengertian di atas tersirat bahwa karakter bukan
hanya merupakan budi pekerti terpuji melainkan ada yang lebih yaitu budi
pekerti terpuji plus, karena karakter mencerminkan perbuatan baik yang selalu mendarah daging dan tak tergoyahkan oleh
situasi dan kondisi apapun.
Di
dalam Inpres Nomor 1 tahun 2010 dinyatakan bahwa Pendidikan karakter adalah
upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan
menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berprilaku sebagai insan
kamil. Hal ini senada dengan sebuah hadist Rasullulah SAW yaitu,
“Innama bu’itstu
li utammima makaarimal akhlaq. Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang baik.” ( al-Hadist )
Kalau
kita maknai hadist di atas, artinya Rasulullah bukan yang pertama dalam
menyerukan pentingnya akhlak mulia dalam kehidupan manusia, sebab beliu
hanyalah menyempurnakan. Nabi-nabi terdahulu telah mengajarkan akhlak yang baik
sebagai manusia. Dengan demikian, seorang muslim harus mempunyai akhlak yang
sempurna kepada Allah, Rasulullah, sesama manusia, lingkungan dan kepada diri
sendiri.( Setyawan : 2009 )
Selanjutnya
Mochtar Buchori dalam ( Salimin : 2007
). Menyatakan, Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik pada
pengenalan nilai-nilai secara kognitif , dan penghayatan nilai secara
afektif dan akhirnya pengamalan secara
nyata. Pendidikan karakter bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
dan akhlak mulia peserta didik secara menyeluruh, terpadu, seimbang, sesuai
Standar Kompetensi Lulusan.
Dari
paparan di atas pertanyaan yang muncul adalah bagaimanakah kepemimpinan kepala sekolah dan peranan guru
dalam membentuk dan membina karakter siswa sekolah dasar?
Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Pendidikan Karakter
Menurut
Setyawan (2009:210) kepemimpinan adalah
bagaimana membangun masa depan (leadership
is about building for the future).
Bagaimana seorang pemimpin dapat
membangun kepemimpinan disetiap level, sehingga ia dapat menciptakan
pemimpin-pemimpin masa depan. Pemimpin melahirkan pemimpin-pemimpin. Jika kita
lihat sejarah Nabi Muhammad saw, kita akan lihat bahwa Rasulullah juga
melahirkan pemimpin-pemimpin hebat. Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Ustman Bin
Atfan dan Ali Bin Abi Thalib adalah sosok-sosok pemimpin hasil karya kepemimpinan
Rasulullah dan hampir semua sahabat beliu menjadi pemimpin yang sukses.
Rasulullah
SAW, sudah berhasil meletakkan landasan-landasan kepemimpinan kepada para
sahabat terbaiknya, sehingga ketika kaum muslimin beliau tinggalkan mereka
telah memiliki pengganti yang telah siap dari segia kecerdasan dan
karakter yang dibutuhkan dalam memimpin
suatu kaum, banyak sejarah mencatat betapa hebatnya para sahabat-sahabat nabi
Muhammad SAW dalam melanjutkan kepemimpinan Rasulullah.
Sekarang,
seharusnya para pemimpin, dalam hal ini kepala sekolah yang diberi wewenang
diharapkan dapat melaksanakan tugas sesuai aturan yang diprogramkan pemerintah,
khususnya sebagai pemimpin dalam membentuk dan membina karakter peserta didik
di setiap satuan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya secara legal.
Berikut grand design pendidikan karakter yang tercantum dalam Inpres Nomor 1 tahun
2010.
Berdasarkan
gambar di atas tampak bahwa, nilai-nilai luhur yang telah terdapat dan digali
dari berbagai sumber dengan memanfaatkan perangkat pendukung akan terpusat pada
tiga sentral kehidupan, yaitu satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat. Pada
satuan pendidikan, sehubungan dengan pendidikan karakter di sekolah khususnya
di sekolah dasar maka posisi pemimpin pendidikan memegang peran kunci dalam membentuk dan membina karakter siswa
abad 21 karena , (1) kepala sekolah adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang
dapat merancang grand design pendidikan
karakter di lembaganya melalui penyusunan kurikulum yang diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran, pengembangan
diri dan ekstra kurikuler, dengan bantuan guru dan stake holders. (2) kepala sekolah dapat membimbing dan mengarahkan
guru untuk menerapkan indikator-indikator pendidikan karakter siswa (3) kepala
sekolah dapat menjadi motivator bagi guru untuk membentuk dan membina karakter
siswa. (4) kepala menjadi kontrol dalam kegiatan pembiasaan dan pemanfaatan
sarana prasarana yang mendukung dalam membentuk dan membina karakter siswa abad
21. (5) kepemimpinan kepala sekolah yang baik akan memberikan semangat kerja
dan profesionalisme guru dalam bertugas meningkat, sehingga tujuan pendidikan
karakter secara bertahap dapat dicapai.
Diantara
peran tersebut di atas, masih terdapat beberapa peran lainnya. Purwanto. (2009:65-66). Menyatakan peranan
seorang pemimpin pendidikan dapat disimpulkan menjadi 13 macam yaitu, (1) sebagai pelaksana, (2) sebagai
perencana, (3) sebagai seorang ahli, (4) mewakili kelompok dalam tindakan
keluar, (5) mengawasi hubungan antar anggota kelompok, (6) bertindak sebagai
pemberi ganjaran, pujian dan hukuman,
(7) bertindak sebagai wasit dan penengah, ( 8) merupakan bagian dari
kelompok, (9) merupakan lambang kelompok, (10) pemegang tanggung jawab, (11)
sebagai pencipta atau memiliki cita-cita, (12) bertindak sebagai seorang ayah,
(13) sebagai “kambing hitam”.
Jika kita
teliti, ternyata peranan kepemimpinan tersebut telah diungkapkan oleh Bapak
Pendidikan Ki Hajar Dewantara, bahwa pemimpin yang baik haruslah menjalankan
peranan sebagai berikut :
1.
Ing ngarso asung tulodo
2.
Ing madyo magun karso,
dan
3. Ing
(Tut)
wuri handayarni
Kalau
kembali dihubungkan dengan dengan design
pendidikan karakter di atas, maka kepala sekolah harus dapat menjadi contoh
teladan dalam segala aktivitasnya, di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga
atau di lingkungan masyarakat. Kepala sekolah juga harus bisa menjadi mengobar
semangat, memiliki prakarsa dan ide positif bagi warga sekolah dalam
mempelajari, membentuk, membina dan mempraktikkan karakter baik dalam kehidupan
sehari-hari. Kemudian, seorang kepala sekolah juga berkewajiban mendorong dan
mengarahkan warga sekolah agar dapat melaksanakan pendidikan karakter secara
terprogram dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan .
Peranan
Guru dalam Pendidikan Karakter siswa
Pendidikan karakter tidak dapat
dilaksanakan hanya oleh sekolah, keluarga atau masyarakat saja, tetapi menjadi
tanggun jawab bersama untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur tersebut pada
setiap tatanan kehidupan. Di sekolah, peran guru merupakan ujung tombak
suksesnya pendidikan karakter. Sebagaimana yang diuangkapkan oleh Suyanto dalam
( Salimin : 2010 ), guru adalah ujung tombak di kelas yang berhadapan langsung
dengan peserta didik. Oleh sebab itu, guru harus memahami dan menerapkan
indikator pendidikan karakter terlebih dahulu kepada pribadinya sendiri.
Pada
dasarnya dalam pendidikan karakter peran
guru memiliki fungsi majemuk, baik sebagai pengajar, pendidik, pemberi contoh
dan sebagainya. Tetapi yang ideal adalah seorang guru diharapkan berperan
sebagai teladan dan inspirasi bagi anak dalam bertindak. Guru digugu dan
ditiru, adalah ungkapan yang melambangkan betapa jabatan guru akan selalu
menjadi perhatian bagi siswa, orang tua atau masyarakat.
Di
dalam Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang pendidikan karakter di cantumkan beberapa
nilai karakter yaitu : (1) nilai karakter hubungan dengan Tuhan, (2) nilai
karakter hubungan dengan diri sendiri, (3) nilai karakter hubungan antar
manusia, (4) nilai karakter hubungan manusia dengan lingkungan. Di dalam
permendiknas nomor 23 tahun 2006 dirangkum beberapa indikator Standar kompetensi Lulusan peserta
didik di sekolah dasar. Terdapat 17 indikator
yang menjadi acuan dalam melaksanakan program pembelajaran yang terintegrasi di
dalamnya muatan pendidikan karakter, yaitu :
1.
Menjalankan
ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak
2.
Mengenal
kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3.
Mematuhi
aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya
4.
Menghargai
keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan
sekitarnya
5.
Menggunakan
informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis dan kreatif
6.
Menunjukkan
kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif dengan bimbingan guru/pendidik
7.
Menunjukkan
rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya
8.
Menunjukkan
kemampuan menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
9.
Menunjukkan
kemampuan mengenali gejala alam dan sosial lingkungan sekitar
10. Menunjukkan kepedulian
terhadap lingkungan
11. Menunjukkan kecintaan dan
kebanggaan terhadap bangsa, negara dan tanah air Indonesia
12. Menunjukkan kemampuan
untuk melakukan kegiatan seni, dan budaya lokal
13. Menunjukkan kebiasaan
hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang
14. Berkomunikasi secara
jelas dn santun
15. Bekerjasama dalam kelompok, tolong-menolong,
dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya
16. Menunjukkan kegemaran membaca
dan menulis
17. Menunjukkan keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berhitung.
Berbagai
nilai luhur yang telah disebutkan di atas tidak akan dapat direalisasikan
dengan baik jika tidak didukung oleh profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas,
baik ketika guru melaksanakan proses pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, pembiasaan atau dalam bentuk tingkah laku
sehari-hari. Kompetensi guru dalam merencanakan pembelajaran dengan memasukkan
/ berintegrasi antara pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran kemudian
melaksanakan ketika mengajar adalah awal realisasi pendidikan karakter dalam
membina kecerdasan.
Berikut skema
pendidikan karakter di Sekolah Dasar :
Dari gambar
tersebut dapat dilihat bahwa, kegiatan pembelajaran yang dikelola guru,
jenis-jenis pembiasaan atau budaya yang dilakukan di sekolah dan kegiatan
ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah dengan manajemen yang perencanaan , pelaksanaan dan evaluasi memegang peran penting
dalam membentuk prilaku berkarakter siswa sebagai modal untuk bermasyarakat. Seluruh kegiatan di
sekolah sebagian besar melibatkan guru sebagai tenaga pendidik yang ikut
bertanggung jawab dalam mentransfer segala pemahaman siswa tentang ilmu pengetahuan dan karakter terpuji plus yang dibutuhkan siswa.
KESIMPULAN
1.
Kepemimpinan
pendidikan yang bermutu dari segi sosok dan manajemen akan membawa perubahan
secara bertahap kepada pembentukan dan pembinaan pribadi yang berkarakter.
2.
Peran
guru dalam membentuk dan membina karakter siswa sangat penting, tetapi hasilnya
sangat tergantung pada profesionalitas guru dalam melaksanakan program dan kepribadian guru
melalui teladan dalam setiap aktivitas yang dapat diamati siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,
Muhammad, ( 2009 ) Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan, Imperial Bhakti Utama, Bandung.
Hardaniwati, (2003), Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar,
Ciptakarya. Bandung
Inpres
No. 1 Tahun 2010 tentang prioritas
pembangunan Bidang pendidikan karakter bangsa
Kemendiknas,
(2011), Peningkatan Manajemen
melalui Penguatan Tata Kelola
dan Akuntabilitas di Sekolah Dasar, Jakarta
Purwanto, Ngalim, ( 2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Anas,
Jakarta
Salimin,
Saridi, (2011) Membentuk Karakter yang
Cerdas, Cahaya
Abadi, Tulungangung.
Setyawan,
T. Palgunadi, (2009), Menapaki Jalan
Mendaki, Gema Insani, Jakarta.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas.Jakarta